6 November 2008

Bab II

BAB II
METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
Foto Udara Kawasan Karst Gunung Sewu
Citra Landsat ETM komposit 457 tahun 2002
Peta Geologi Gunung Sewu skala 1 : 100.000
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Perangkat lunak (software) komputer yang terdiri:
Microsoft Word versi MS Office untuk mengolah kata
Microsoft excel versi MS Office untuk mengolah data kuesioner
ArcView versi 3.3 untuk mengolah data grafis dan atribut dalam pembuatan peta-peta dalam penelitian
ER Mapper untuk mengolah data foto udara
Perangkat keras (hardware) komputer untuk dapat menjalankan perangkat lunak, yang terdiri dari CPU (central processor unit), monitor, keyboard, mouse, scanner, dan printer.
Streoskop
Kamera Digital
GPS
Alat tulis dan alat gambar



Pemilihan Daerah Penelitian
Lokasi dipilih mengacu pada rekomendasi dari penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Deputi Peningkatan Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan yakni sebagian kawasan Eko-Karst Gunung Sewu yang meliputi (1) Bedoyo dan Sistem Bribin, Mulo, Kali Suci, Jomlang, dan Grubug di Kabupaten Gunung Kidul; (2) Museum Alam Karst dan Lembah Begawan Solo Purba di Kabupaten Wonogiri; dan (3) Kompleks Gua Pacitan “Tabuan, Gong, Terus, Keplek, Kalak, Ombo” dan Sungai Baksoso di Kabupaten Pacitan. Kawasan-kawasan karst tersebut dapat mewakili karateristik morfologi karst Gunung Sewu secara keseluruhan. Beberapa alasan yang mendukung dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian:
(i) topografi karst pada daerah ini sangat kompleks
(ii) kenampakan eksokarst dan endokarst cukup lengkap
(iii) potensi bentang alam yang unik
(iv) bentang alam yang indah dan memiliki nilai jual

Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer melalui pengumpulan data lapangan dan data sekunder melalui lembaga dan instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Data Primer, meliputi:
data morfologi gua
data morfologi lembah karst
data morfologi doline
data morfologi bukit karst
data morfologi karren
data visual landskap karst


Tabel 2.1. Tabel Data Sekunder
No Data Sumber data
1 Lokasi daerah penelitian yang meliputi letak, luas, dan batas wilayah BAPPEDA
2 Kondisi lingkungan wilayah meliputi iklim, geomorfologi, geologi, penggunaan lahan, potensi airtanah dan air permukaan, sarana dan prasarana transportasi, akomodasi, daya listrik BPN, Dinas PU, BAPPEDA, Penelitian Sebelumnya
3 Kependudukan meliputi jumlah komposisi penduduk dan angkatan kerja Kantor Statistik
4 Pola kebijakan Pembangunan Daerah, RUTRD BAPPEDAL
5 Rencana Pengembangan dan Pembangunan Pariwisata Dinas Pariwisata
6 Peta Karst Gunung Sewu Eko Haryono
7 Data sebaran gua di kawasan karst Gunung Sewu Bagus Yulianto dan J. Suseno Edy Yuwono

Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian meliputi tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan, dan tahap paska lapangan.
Tahap Pra Lapangan
a. studi pustaka mengenai penelitian-penelitian sebelumnya
b. penyiapan data sekunder berupa peta RBI, peta Geologi, foto udara, dan data sebaran gua karst
c. pengolahan peta RBI, peta Geologi, foto udara, Citra Landsat meliputi mozaik, dan interpretasi
Tahap Pelaksanaan
d. Pengamatan dan identifikasi karatersitik morfologi karren, gua, lembah, doline, dan bukit karst
e. Pengamatan dan penilaian karateristik visual landskap
f. Pengambilan gambar dilapangan untuk membantu proses analisis data
Tahap Paska Lapangan
g. menyusun data hasil pangamatan lapangan dan data sekunder
h. analisis dan evaluasi data lapangan dan data sekunder
i. pemetaan hasil
j. penyusunan laporan

Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer
Lokasi penelitian yang ditentukan secara purposive pada tiap Kabupeten di Kawasan Karst Gunung Sewu dengan tujuan dapat menjadi kesatuan kawasan pengelolaan untuk pengembangan wisata alam. Purposive sampling atau sampling pertimbangan merupakan teknik sampling dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2005).
Tahapan awal dalam melakukan inventarisasi karateristik morfologi adalah interpretasi foto udara. Untuk dapat melakukan interpretasi diperlukan unsur-unsur interpretasi, yaitu rona/warna, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Identifikasi obyek dapat menggunakan seluruh unsur interpretasi atau sebagian tergantung pada jenis obyek yang di identifikasi. Dari hasil interpretasi dilakukan cek lapangan untuk mengetahui karateristik morfologi secara kualitatif.
Foto udara yang digunakan adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 30.000, seluruh lembar foto udara bentuk digital. Kemudian foto udara digital dilakukan mozaik interpretasi secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan software ArcView 3.3. Mozaik terkontrol foto udara yang sudah terkoreksi ini dideliniasi bentuk-bentuk kenampakan karst seperti bukit karst, doline dan lembah karst. Kawasan Baksoko dan Gua Pacitan tidak tersedianya data foto udara sehingga proses interpretasi di lakukan menggunakan Citra Landsat komposit 457 dan Peta RBI skala 1 : 25.000. Penarikan garis pada mozaik ini dilakukan secaara visual layar komputer (on screen digitization).
Hasil interpretasi foto udara dilakukan pengecekan lapangan untuk mengetahui secara lebih detil kateristik morfologi. Metode yang dilakukan untuk menginventarisasi morfologi bentukkan di tiap kawasan dapat dilihat pada Tabel 2.2


Tabel 2.2 Tabel Data Primer dan Cara Perolehannya
No Data morfologi Cara Perolehan
1 gua observasi lapangan
2 lembah karst interpretasi dan observasi lapangan
3 doline interpretasi dan observasi lapangan
4 bukit karst interpretasi dan observasi lapangan
5 karren observasi lapangan

Nilai kepekaan geokonservasi dihasilkan melalui identifikasi morfologi karst hasil interpretasi foto udara dan cek lapangan. Berdasarkan variasi morfologi dilakukan skoring berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat. Data gua yang telah didapatkan dilakukan analisis pola sebaran dengan mengunakan metode Tetangga terdekat (Bintarto, 1987):



T : indeks persebaran tetangga terdekat
Ju : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat
Jh : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random



P : kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi (N/A)


Nilai visual landskap didapatkan melalui observasi lapangan pada daerah penelitian. Penilaiaan visual landskap dari suatu obyek didasarkan karateristik unsur-unsur bentangalam. Penilaian dilakukan pada tiap unit kajian seperti kawasan Gua Bribin, sungai Baksoko. Untuk memudahkan dalam observasi lapangan maka akan dibuat daftar informasi yang dibutuhkan dalam penilaian visual landskap kawasan karst Gunung Sewu.
Observasi lapangan ditujukan untuk mencari informasi aktivitas pengelolaan bentangalam karst dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan kelestarian kawasan. Daerah yang rentan terhadap kerusakan meskipun dengan aktivitas yang minim tentusaja memerlukan pengelolaan yang khusus. Observasi secara menyeluruh dari tiap obyek dapat menghasilkan informasi karateristik tertentu dengan tingkat kerentanan terhadap kerusakan yang bervariasi.

Pengumpulan data sekunder
Data-data sekunder didapatkan melalui pengumpulan data instational dari Pemerintah Daerah serta instansi-instansi dan juga telaah pustaka yang terkait penelitian ini.

Analisis Data
Data hasil observasi dan cek lapangan diolah dengan mengunakan tabel frekuensi. Tabel frekuensi akan mengetahui karateristik obyek kajian geokonservasi, nilai kepekaannya dan nilai visual lanskap-nya. Analisa data dilakukan untuk mengetahui hasil dari tujuan penelitian yang dilakukan. Unit analisis yang digunakan adalah kompleks obyek wisata alam. Analisis yang dilakukan merupakan analisis deskriptif kualitatif meliputi beberapa tahapan meliputi


Analisa Nilai Kepentingan Geokonservasi
Menurut Haryono (2007) penetapan nilai suatu obyek untuk tujuan geokonservasi harus didasarkan pada kriteria yang jelas. Walaupun kriteria penetapan tidaklah baku, namun penilaian/penetapan paling tidak harus mempertimbangkan dua hal sebagai berikut :
kepentingan obyek dalam mewakili obyek geologi, geomorfologi, atau tanah dari hasil proses masa lalu maupun masa kini, dan
sumbangan obyek dalam memberikan watak wilayah sekitarnya.


Berdasarkan konsep dasar dari Nilai Kepentingan Geokonservasi yang terdiri dari tiga aspek yakni penilaian terhadap keunikan, ancaman, dan fungsi. Maka penelitian ini mendeskripsikan Nilai Kepentingan Geokonservasi dalam Tabel 2.3 yang menjelaskan Kriteria penilaian Kepentingan Geokonservasi pada kawasan Eko-karst Gunung Sewu.
Pada penelitian ini faktor keunikan di tinjau dari variasi tipe dan kelangkaan suatu morfologi. Variasi tipe menunjukkan bahwa kawasan yang memiliki tipe morfologi bervariasi dan tipe tersebut hanya dapat ditemukan dikawasan tersebut tentunya akan memiliki nilai geokonservasi yang tinggi.
Faktor ancaman di tinjau dari aspek penggunaanlahan dan pola persebaran gua. Penggunaanlahan merupakan faktor ancaman yang dapat merusak geodiversitas dari suatu kawasan. Industri tambang pada kawasan karst merupakan aktivitas penggunaanlahan yang intensif merusak bukit-bukit karst karena penambangan dilakukan dalam skala besar dengan bantuan alat berat. Tambang rakyat merupakan salah satu tumpuan hidup masyarakat, kerusakan yang ditumbulkan memang tidak sebesar aktivitas industri tambang tetapi kuantitas aktivitas pertambangan yang tersebar di tiap kawasan akan menjadi salah satu faktor yang memicu timbulnya degradasi lingkungan. Obyek wisata massal di indonesia menjadi faktor yang menghawatirkan kelestarian karena pada pengelola kawasan lebih mementingkan profit di bandingkan kelestarian obyek wisata. Tegalan dan hutan tidak memiliki pengaruh negatif terhadap geodiversitas dari kawasan. Pola sebaran gua akan mempengaruhi proses konservasi yang akan di lakukan. Kawasan yang memiliki pola sebaran mengelompok akan memudahkan proses konservasi yang dilakukan sehingga evaluasi nilai kepentingan geokonservasi akan tinggi.
Faktor fungsi di tinjau dari aspek fungsi hidrologi dan fungsi arkeologi. Fungsi hidrologi merupakan kondisi keberadaan sumberair masyarakat sepanjang tahun. Telaga, sungai atau mataair memiliki karateristik hidrologi yang beragam. Fungsi arkeologi merupakan keberadaan situs purbakala. Kawasan yang memiliki sumberair sepanjang tahun atau memiliki situs purbakala merupakan kawasan yang memiliki nilai fungsi yang tinggi untuk Geokonservasi.

Tabel 2.3. Penilaian Kepentingan Geokonservasi
Nilai evaluasi
3 2 1 0
1 Variasi Tipe Karren ≥3 tipe 2 tipe 1 tipe Tidak memiliki
2 Variasi Tipe Doline ≥3 tipe 2 tipe 1 tipe Tidak memiliki
3 Variasi Tipe lembah ≥3 tipe 2 tipe 1 tipe Tidak memiliki
4 Variasi Tipe Bukit 2 tipe 1 tipe Tidak memiliki
5 Variasi Tipe Gua ≥3 tipe 2 tipe 1 tipe Tidak memiliki
6 Penggunaanlahan Industri Tambang Tambang Rakyat Obyek wisata Tegalan/Hutan
8 Pola Sebaran Gua Mengelom-
pok Seragam Acak -
7 Fungsi Hidrologis Sumber air sepanjang tahun Sumber air saat penghujan - Kering
9 Fungsi Budaya Situs - - Bukan Situs

Unsur dalam nilai geokonservasi tidak hanya ditekankan pada keterdapatan, fungsi dan ancaman pada suatu bentangalam akan tetapi faktor lain yang cukup penting adalah keunikan tipe morfologi dan penggunaan lahan dibandingkan dengan kenampakan yang sama pada lokasi lain. Pada penelitian ini faktor keunikan di tinjau dari kelangkaan suatu morfologi, kawasan yang memiliki morfologi yang hanya dapat ditemukan dikawasan tersebut tentunya akan memiliki nilai geokonservasi yang tinggi. Tabel 2.4 menjelaskan Kriteria penilaian keunikan Geokonservasi pada kawasan Eko-karst Gunung Sewu.

Tabel 2.4. Tabel Kriteria Keunikaan Geokonservasi
No Kawasan 1 Kawasan 2 Kawasan 3 Kawasan n+1
1 Variasi Tipe karren E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s
2 Variasi Tipe Doline E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s
3 Variasi Tipe lembah E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s
4 Variasi Tipe Bukit E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s
5 Variasi Tipe Gua E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s
6 Penggunaan lahan E*n
s E*n
s E*n
s E*n
s



Dimana :
E = Nilai evaluasi, dari penilaian kepentingan Geokonservasi untuk tiap deskripsi aspek Geokonservasi
n = Jumlah kawasan kajian
s = Kelangkaan, jumlah kawasan yang memiliki tipe morfologi yang sama dan penggunaanlahan yang sama

Pertimbangan-pertimbangan tersebut didasari pada unsur geokonservasi yang di amati dilapangan dan nilai kepentingannya. Tiap obyek memiliki unsur yang menunjukkan karateristik yang unik dan memiliki nilai konservasi berbeda-beda. Nilai kepentingan yang didasarkan pada pengaruh aktivitas yang dapat menimbulkan kerusakan pada obyek akan di gabungkan dengan penilaian unsur geokonservasi sehingga dapat ditentukan kepentingan suatu obyek untuk dikonservasi.
Analisa Visual Lanskap
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui karateristik dan kualitas sumberdaya visual (visual lanskap) dari tiap obyek analisis dilakukan dengan cara menentukan nilai visual lanskap dari observasi lapangan dilanjutkan dengan membuat klasifikasi dari potensi tersebut. Model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5. Kriteria Penilaian Landskap untuk wisata alam alam berdasarkan Bureau of Land Management
Unsur Bentang Alam Skor Kriteria
1 Zona Non Karst yang merupakan kenampakan topografi yang tidak dipengaruhi oleh proses solusional karena batuan pembentuknya tidak mudah larut

3 Zona Sub Inti Karts yang di cirikan oleh kurang berkembangnya proses solusional dan kenampakan endokarst maupun eksokarst yang dihasilkan

5 Zona Inti Karts yang di cirikan oleh pengkayaan dan pengelompokan fenomena kenampakan eksokarst dan endokarst. Pada zona ini topografi karst dan hasil proses solusional sangat berjalan aktif dan produktif, sehingga merupakan ekosistem yang unik.

1 Sedikit atau tidak ada perbedaan jenis vegetasi
3 Beberapa macam vegetasi tetapi hanya pada 1-2 jenis dominan
5 Banyak tipe dan vegatasi yang menarik, yang ditunjukkan dalam pola, teksture, dan bentuk
1 Tidak terdapat air atau terdapat tetapi tidak terlibat dengan jelas
3 Air mengalir dengan tenang tetapi bukan hal yang dominan dalam suatu landskap
5 Jernih, bersih, mengalir, beriak, atau komponen apa saja dari air yang dominan
1 Variasi yang bagus umumnya bersifat mati
3 Terdapat berbagai jenis warna, ada pertentangan warna dari tanah, batu dan vegetasi tetapi bukan unsur keindahan yang dominan
5 Kombinasi jenis warna yang beragam atau warna yang hidup oleh pertentangan yang indah dari warna tanah, vegatasi, air atau lainnya
Lanjutan Tabel 2.5.
1 Mempunyai latar belakang yang menarik tetapi hampir sama dengan keadaan umum pada daerah tertentu
3 Khas meskipun agak sama dengan daerah tertentu
5 Suatu area/daerah yang khas (berbeda) dengan obyek lainnya
-4 Modifikasi menambah variasi tetapi sangat bertentangan dengan alam dan menimbulkan ketidak harmonisan
0 Modifikasi menambah sedikit atau tidak sama sekali keragaman pemandangan
2 Pembangunan sama seperti instalasi listrik, saluran air, rumah, memberikan modifikasi yang mampu menambah keragaman atau visual
Sumber : Bureau of land management dalam Akhmadi (2003) dengan modifikasi

Dengan menggunakan rumus Strurgess (Sugiono, 2005) maka dari hasil penilaian dapat diklasifikasikan :
nilai 18-27, termasuk kelas A (kualitas tinggi)
nilai 9-17, termasuk kelas B (kualitas sedang)
nilai 0-8, termasuk kelas C (kualitas rendah)

Analisa untuk Arahan Wisata Alam
Analisa ini digunakan untuk menganalisa nilai kepentingan Geokonservasi dan nilai visual lanskap Kawasan Karst Gunung Sewu sehingga dihasilkan arahan pengelolaan wisata alam. Dengan diketahuinya karateristik Kawasan Karst yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi penyusunan arahan pengelolaan wisata sesuai dengan karateristik. Analisa SWOT merupakan analisis terhadap faktor-faktor internal yang meliputi strenght (kekuatan, potensi) dan weakness (kelemahan). Sementara faktor-faktor eksternal meliputi opportunity (peluang) dan threats (tantangan).




Tabel. 2.6 Skema Penetapan Strategi Pengembangan
Internal
Faktor-faktor
Eksternal Kekuatan
(Strenght) Kelemahan
(Weakness)
Peluang
(Opportunity) Strategi
SO Strategi
WO
Tantangan
(Threats) Strategi
ST Strategi
WT
Sumber : Fandeli, 2001. Perencaan Kepariwisataan Alam

Didalam penetapan strategi dapat dilaksanakan dengan empat buah skenario seperti berikut :
strategi (S/O) : suatu strategi yang memanfaatkan kekuatan (Strenght) secara maksimal untuk meraih peluang (Opportunity)
strategi (S/T) : suatu strategi dengan memanfaatkan kekuatan (Strenght) untuk mengantisipasi atau menghadapi ancaman (Threats) dan berusaha secara maksimal menjadikan ancaman (Threats) sebagai peluang (Opportunity)
strategi (W/O) : suatu strategi dengan meminimalkan kelemahan (Weakness) untuk meraih peluang (Opportuniy)
strategi (W/T) : suatu strategi meminimalkan kelemahan (Weakness) untuk menghindar ancaman (Threats) secara lebih baik.

Tidak ada komentar: